Pola Jlamprang

Rabu, 10 April 2013


Motif dari akulturasi budaya. Batik khas Pekalongan yang diadaptasi dari motif kain tenun berganda / patola ( Gujarat ). Di daerah pedalaman ( Yogya/ solo ) dikenal dengan kain nitik ( memberi titik ). Di Bali disebut kain tenun berganda Gringsing. Di Sumatera disebut cinde / Sinde / Side. Pada umumnya terdiri dari pola geometris, ceplokan dalam bentuk lunglungan, anak panah, dan bunga padma(teratai).


Nama jlamprang itu sendiri mempunyai nilai sejarah dalam berbagai versi. Salah satunya sebutan bagi Punta Dewa tokoh Pandawa Lima dalam Dunia Pewayangan. Mewakili tokoh yang jujur / tegas/ gagah. Dan jlamprang tidak lain merupakan sinonim daripada arah angin dan petunjuk arah, karena itu Pekalongan pun dijuluki “poros tengah” pulau Jawa bahkan juga disebut sebagai poros tengah Indonesia.

Batik ini termasuk dalam batik sakral, merupakan warisan budaya kosmologis.
Ragam hias utama banji / suastika, mender, lambing perputaran matahari, sumber kekuatan dan kesuburan serta pembawa petuah.
Lingkaran : lambing permulaan semua ciptaan / keagungan / kekuasaan.
Cakra : roda symbol kuno matahari senjata pemungkas melambangkan kesucian, kebersihan untuk mendekatkan diri pada tuhan.lambang meditasi Dewa Syiwa
Kala cakra : merupakan lambing Hindu Budha pda masa pra Islam
Tumpal : Merupakan ragam hias segitiga sama kaki.di India merupakan lambing refleksi kekuatan dan bentuk stirilisasi gigi buaya sebagai penolak bala.
Tumpal : kehidupan keagungan menyerupai bentuk pohon umumnya pohon hayat.
Garis-garis : keteraturan dan keharmonisan.

0 komentar:

Posting Komentar